Selasa, 14 Juli 2020

Dampak COVID-19 Terhadap Perilaku Manusia dan Kebutuhan Ruang





Pandemi Virus Corona atau bisa disebut Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit yang disebabkan oleh jenis virus corona yang baru yaitu Sars-CoV-2, wabah ini dilaporkan pertama kali terjadi di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019.

Kejadian ini mempengaruhi banyak hal salah satunya adalah perilaku manusia. Hal ini  akan berpengaruh juga terhadap tren desain di masa depan.
Pandemi ini membuat kawasan pertokoan dan perkantoran ditutup, serta diberlakukannya kerja dari rumah (Work From Home). Hal ini mempengaruhi fungsi rumah yang awalnya hanya sekedar tempat tinggal kini menjadi tempat untuk bekerja dan belajar.
Ruang kerja atau ruang belajar kini menjadi ruangan yang penting ada di rumah. Dalam membuat ruang kerja ada beberapa aspek yang harus diperhatikan :
  • Pilih furniture yang nyaman terutama meja dan kursi karena sebagian besar waktu saat bekerja dihabiskan di meja dan kursi.
  • Utamakan kualitas
  • Sebaiknya beri nuansa hijau agar mata dan pikiran jadi lebih segar, kita bisa menaruh beberapa tanaman yang bisa merefleksikan keindahan alam.
  • Pencahayaan
  • Sirkulasi
  • Suara
Aspek tersebut digunakan agar kesehatan mental dan fisik penggunanya terjaga karena harus menggunakan ruangan tersebut hampir seharian.

Kepala eksekutif DRU Darren Comber menuturkan Covid-19 mungkin akan mempengaruhi tren desain di masa yang akan datang, Terutama gedung perkantoran. Mungkin kedepannya kepadatan dan tata letak kantor akan berubah menjadi lebih terbuka. Tak hanya itu, ventilasi dan jendela juga didesain untuk lebih terbuka. 

Sementara Arjun Kaickers, salah satu pemimpin tim di Foster and Partners mengatakan, koridor ruang kantor akan didesain lebih luas. Perubahan tak hanya terjadi pada desain ruangan namun juga mebel. Menurut Kaickser jarak antar meja kantor saat ini telah menyusut dari 1,8 meter menjadi 1,6 meter dan sekarang 1,4 meter bahkan kurang dari itu.

Dia bahkan membayangkan akan ada aturan tertulis mengenai pembatasan maksimal orang dalam satu ruangan serta penggunaan lift dan lobi untuk meminimalisasi kepadatan orang. Kaicker menceritakan, dia pernah bekerja di kantor-kantor futuristik di mana lift dapat dipanggil melalui smartphone tanpa harus menyentuh tombol. Sementara pintu kantor akan terbuka otomatis menggunakan sensor gerak dan pengenalan wajah. Desain ini, menurut dia, mungkin bisa diterapkan untuk perkantoran pasca-pandemi. Selain itu akan banyak partisi yang dibangun untuk membatasi ruangan antar-departemen serta akan lebih banyak tangga. 

Ketika masa isolasi seperti saat ini, kita mungkin semakin sadar jika interior memengaruhi suasana hati, kemampuan untuk bekerja, dan kenyamanan fisik. Hal ini membuat desainer interior Stanley Sun berpendapat, pandemi Covid-19 dapat berdampak pada bagaimana orang mendesain rumahnya di masa depan.

Melansir laman Forbes, saat ini masyarakat mulai memperhatikan pentingnya keberadaan ruangan khusus untuk melakukan pertemuan atau konferensi secara virtual. Ke depannya, Sun berpendapat, orang akan lebih menaruh perhatian untuk menyediakan ruangan khusus bagi kegiatan ini. Ruangan tersebut juga akan memenuhi unsur-unsur lain seperti suara yang tidak bergema, cahaya yang cukup, serta latar belakang ruangan yang bisa digunakan untuk semua kondisi. Sun juga menyatakan, perhatian akan pengaruh ruangan terhadap kesehatan fisik dan mental juga meningkat pesat. Hal ini terjadi mengingat mayoritas pekerja saat ini bertaktiivitas di dalam ruangan. Menurutnya, desainer perlu mempertimbangkan kesehatan mental melalui lingkungan interior. Kita harus mempertimbangkan elemen desain apa yang dapat digunakan untuk melindungi kesehatan masyarakat, termasuk material, jarak, pemisahan fisik atau kedekatan, dan interaksi dengan obyek. 



Sumber :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar